Gismunandar, Alif (2022) Imagologi Politik (Analisis Komparasi Kampanye Konvensional dan Kampanye Digital terhadap Pencitraan Politik pada Pemilihan Walikota Makassar tahun 2020). Diploma thesis, Institut Pemerintahan Dalam Negeri.
|
Text
Repository_29.1361 Alif Gismunandar_Imagologi Politik Analisis Komparasi Kampanye Konvensional dan Kampanye Digital terhadap Pencitraan Politik pada Pemilihan Walikota Makassar tahun 2020 (1).pdf Download (872kB) | Preview |
Abstract
ABSTRACT Problem Statement/Background (GAP): The APBN and APBD in the implementation of the campaign is quite expensive based on KPU data, especially in the simultaneous regional head elections in 2020 during the covid pandemic, which still uses quite expensive costs. Then PKPU Number 6 of 2020 was issued regarding the Election of Governors and Deputy Governors, Mayors and Deputy Mayors, as well as Regents and Deputy Regents during the Coronavirus Disease 19 pandemic. The regulation explains the implementation of campaigns that can be carried out online or through online media, but still in accordance with with the conditions that have been set. In carrying out conventional campaigns, you must use materials that are not easily contaminated with the covid 19 virus, of course there will be additional costs to make this happen, while digital media is more efficient, but because of the acceleration of information that is not balanced with public education, it is easier to spread false information that causes turmoil in society. Purpose: The author has formulated the research problems: (1) What is the significant difference in the political image of the incumbent mayoral candidate between conventional campaigns and digital campaigns in the 2020 Makassar mayoral election?, (2) How is the political imaging of the incumbent mayoral candidate in the 2020 Mayoral Election in Makassar? Makassar City?, (3) What is the public's view of the political image of the incumbent candidate in the 2020 Makassar mayoral election?. Method: The research design used by the author is a mixed research or mix method, which is a research approach that produces quantitative data in the form of tabulated data to test comparisons or comparisons and written or oral data from people and actors who are observed as objective data. Result: Conventional campaigns and digital campaigns in Makassar City do not have a significant difference in political imaging as evidenced by the results of paired t-test with p < 0.05, but the difference is seen in terms of costs and media used in political imaging, so there is a need for mapping in the use of social media. as a means of campaigning in Makassar City. The political image of the incumbent candidate in the 2020 Makassar mayoral election is very good by providing good perception, cognition, attitude and motivation to the community. The people of Makassar City assess that the incumbent candidate has high credibility and is a person who cares about the little people. Conclusion: There is no significant difference between conventional campaigns and digital campaigns in Makassar City and the public considers the incumbent candidate to have high credibility and is a person who cares about the little people. Keywords: The 2020 Makassar mayoral election, Campaign, Political Image, Political Marketing ABSTRAK 1. Permasalahan/Latar Belakang (GAP): Penggunaan APBN maupun APBD dalam pelaksanaan kampanye terbilang cukup mahal pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020. Maka dikeluarkan PKPU Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota, serta Bupati dan Wakil Bupati dimasa pandemi Coronavirus Disease 19. Pada pelaksanaan kampanye konvensional harus menggunakan bahan yang tidak mudah terkontaminasi virus covid 19, tentu akan ada biaya tambahan untuk mewujudkan hal tersebut sedangkan pada media digital, lebih efisien namun karena adanya percepatan informasi yang tidak diimbangi dengan edukasi masyarakat sehingga lebih mudah penyebaran informasi palsu. Tujuan: Penulis telah merumuskan permasalahan penelitian ini : (1) Bagaimana perbedaan yang signifikan terhadap pencitraan politik yang dilakukan oleh calon walikota petahana antara kampanye konvensional dan kampanye digital pada pemilihan walikota Makassar tahun 2020?, (2) Bagaimana pencitraan politik calon petahana Pemilihan Walikota Tahun 2020 di Kota Makassar?, (3) Bagaimana pandangan masyarakat terhadap pencitraan politik calon petahana pada pemilihan walikota Makasar Tahun 2020?. Metode: Desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian campuran atau mix method yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data kuantitatif berupa tabulasi data untuk menguji komparasi atau perbandingan dan data tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati sebagai data objektif. Hasil/Temuan: Kampanye konvensional dan kampanye digital di Kota Makassar tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam pencitraan politik dibuktikan dengan hasil uji t berpasangan dengan p < 0,05, namun perbedaan terlihat dalam hal biaya dan media yang digunakan dalam pencitraan politik sehingga perlu adanya pemetaan dalam penggunaan media sosial sebagai sarana kampanye di Kota Makassar. Pencitraan politik yang dilakukan calon petahana sangat baik dengan memberikan persepsi, kognisi, sikap dan motivasi yang baik kepada masyarakat. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kampanye konvensional dan kampanye digital di Kota Makassar serta Masyarakat menilai calon petahana memiliki kredibilitas yang tinggi dan sosok yang peduli terhadap rakyat kecil. Kata Kunci : Pemilihan Walikota Makassar tahun 2020;Kampanye; Politik; Pencitraan Politik
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Subjects: | J Political Science > JA Political science (General) |
Divisions: | Faculty of Politics and Government > Applied Indonesian Politics |
Depositing User: | Politik Indonesia Terapan |
Date Deposited: | 07 Jul 2022 07:47 |
Last Modified: | 07 Jul 2022 07:47 |
URI: | http://eprints.ipdn.ac.id/id/eprint/10850 |
Actions (login required)
View Item |