PERKEMBANGAN FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERKANTORAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA BANDUNG

Raharjo, Wirajati Pujo and Santoso, Eko Budi (2025) PERKEMBANGAN FUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERKANTORAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA BANDUNG. Diploma thesis, Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

[img] Text
Revisi 5 Perkembangan Fungsi Ruang Terbuka Hijau Pada Kawasan Perkantoran Dan Permukiman Di Kota Bandung.pdf

Download (440kB)

Abstract

Problem Statement/Background (Gap): The underlying problem of this study is the imbalance in the utilization of Green Open Space (GOS) functions in Bandung City, particularly in office and residential areas. The uneven development of ecological, socio-cultural, architectural/aesthetic, and economic functions of GOS is caused by several factors, including: the decline in GOS function due to land conversion and environmental degradation; infrastructure pressures and intensive human activities in urban areas; limited quality vegetation to support ecological functions; uneven distribution of GOS across regions; lack of community participation and weak sustainable maintenance systems; limited budget for the management and development of GOS; and overlapping authorities among institutions leading to ineffective coordination in GOS management. Purpose: The objective of this research is to analyze the development of GOS functions in office and residential areas in Bandung City. Method: This study employs a descriptive qualitative method with a case study approach at four locations: Taman Lansia, Alun-Alun Bandung Park, Tegalega Park, and Teras Cikapundung. Data collection techniques include field observation, in-depth interviews, and documentation. Results: The findings reveal that GOS functions in Bandung City have developed in accordance with the characteristics of each area. Ecologically, Tegalega Park plays a significant role as the city’s green lung, while Taman Lansia and Teras Cikapundung contribute through green spaces and riverside areas. From a socio-cultural perspective, all four parks serve as spaces for community interaction and education. Economically, Alun-Alun Bandung and Tegalega Park show notable potential, while Taman Lansia and Teras Cikapundung require further development. Aesthetically, each park offers unique visual elements that enhance urban comfort. However, challenges remain, such as limited vegetation in Alun-Alun Bandung, vandalism in Taman Lansia, and insufficient economic contribution from Teras Cikapundung. Conclusion: In conclusion, the development of GOS functions in Bandung City demonstrates diverse potentials aligned with the characteristics of each area. Therefore, targeted and sustainable management is essential to ensure that all functions can be developed optimally. Keywords: Green Open Space, GOS functions, Bandung City. Permasalahan/Latar Belakang (GAP): Permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini adalah belum seimbangnya pemanfaatan fungsi-fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Bandung, khususnya di kawasan perkantoran dan permukiman. Ketidakseimbangan dalam pengembangan fungsi ekologis, sosial budaya, arsitektural/estetika, dan ekonomi pada RTH disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain: penurunan fungsi RTH yang terjadi akibat alih fungsi lahan dan degradasi lingkungan; tekanan infrastruktur serta aktivitas manusia yang intensif di kawasan perkotaan; minimnya vegetasi yang berkualitas dalam menunjang fungsi ekologis; sebaran RTH yang tidak merata antar kawasan; kurangnya partisipasi masyarakat dan lemahnya sistem perawatan yang berkelanjutan; keterbatasan anggaran dalam pengelolaan dan pengembangan RTH; serta tumpang tindih kewenangan antar instansi yang menyebabkan tidak terkoordinasinya pengelolaan RTH secara efektif. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan fungsi RTH di kawasan perkantoran dan permukiman di Kota Bandung. Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada empat lokasi, yaitu Taman Lansia, Taman Alun-Alun Bandung, Taman Tegalega, dan Teras Cikapundung. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Hasil/Temuan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara fungsi ekologis, Taman Tegalega berperan besar sebagai paru-paru kota, Taman Lansia dan Teras Cikapundung turut mendukung melalui ruang hijau dan bantaran sungai. Dari sisi sosial budaya, keempat taman menjadi ruang interaksi dan edukasi masyarakat. Alun-Alun Bandung dan Tegalega unggul dalam fungsi ekonomi, sementara Taman Lansia dan Teras Cikapundung masih perlu pengembangan. Secara estetika, masing-masing taman memiliki kekhasan visual yang mendukung kenyamanan kota. Beberapa tantangan masih ditemukan, seperti kurangnya vegetasi di Alun-Alun Bandung, vandalisme di Taman Lansia, serta keterbatasan kontribusi ekonomi di Teras Cikapundung. Kesimpulan: Kesimpulannya, perkembangan fungsi RTH di Kota Bandung menunjukkan potensi yang beragam sesuai karakter kawasan, sehingga dibutuhkan pengelolaan yang terarah dan berkelanjutan agar setiap fungsi dapat berkembang secara optimal. Kata kunci: Ruang Terbuka Hijau, fungsi RTH, Kota Bandung

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Divisions: Campus > IPDN Kampus Jatinangor
Depositing User: Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat FPP
Date Deposited: 24 Jun 2025 08:03
Last Modified: 24 Jun 2025 08:03
URI: http://eprints.ipdn.ac.id/id/eprint/25001

Actions (login required)

View Item View Item